My First Project
Tahun 2009 merupakan tahun dimana saya mendapatkan proyek pertama saya. Saat itu saya mendapatkan sebuah proyek kecil untuk membuat sebuah website profile yang berisi produk makanan.
Bermodalkan pengetahuan HTML seadanya dan sedikit CSS, saya akhirnya nekat menerima proyek tersebut. Waktu itu harga proyek tersebut di bawah 500.000 dan saat itu saya juga kurang mengerti mengenai hosting, server, dan lainnya. Intinya waktu itu saya modal nekat, “yang penting dapet uang”.
Langkah pertama saya sebagai web developer adalah hal yang juga sering dilakukan oleh web designer lainnya, yaitu: cari template. Waktu itu karena belum ada pengalaman sama sekali – yang bahkan dalam dunia kuliah sayapun tidak ada pelajarannya – saya belum begitu tahu bagaimana cara mendapatkan template secara gratis. Setiap template yang saya mau dan saya klik, hampir semua rata-rata berbayar, atau bahkan saya terjebak di dalam halaman dimana isinya semua tombol link ‘download’. Tapi uniknya, saya tetap coba satu-satu tombol tersebut dan akhirnya laptop saya kena virus. Ini adalah pengalaman pertama yang cukup berharga: saya belajar untuk tidak sembarang klik.
Template gratis akhirnya saya dapatkan di salah satu website, dan saya gunakan untuk membangun website pertama saya. Waktu itu proses pembuatan proyeknya kurang lebih 2 minggu. Setiap bagian design yang membutuhkan keahlian Photoshop, saya serahkan ke pacar saya – yang sekaran adalah istri saya – karena dia cukup ahli. Pelajaran berharga kedua saya: membutuhkan sebuah team dalam membangun sebuah proyek.
Bencana pertama saya terjadi ketika client minta untuk web tersebut bisa seperti ini, seperti itu, hingga minta sedikit animasi. Waktu itu saya cukup pusing untuk memenuhi keinginannya. Akhirnya saya coba googling kembali bagaimana cara merombak sebuah website. Waktu itu saya pertama kalinya dalam hidup saya mengenal yang namanya “Inspect Element” dan mempelajari berbagai code darisana. Bahkan darisana juga saya mengetahui file yang harus saya ubah berada dimana. Bencana pertama selesai.
Bencana kedua saya muncul ketika sang client meminta ketika website nya dibuka di mobile/handphone, tampilannya nyaman dilihat. Waktu itu saya sama sekali tidak mengetahui apapun mengenai bootstrap, akhirnya saya googling kembali bagaimana cara membuat tampilan mobile sebuah website tanpa membuat ulang. Beruntungnya saya, saya menemukan sebuah website untuk membuat tampilan mobile sebuah website, dan gratis! Akhirnya saya gunakan itu (yang ternyata banyak muncul iklan di webnya setelah di release). Bencana kedua selesai.
Bencana berikutnya yang menurut saya paling ekstrim adalah, ketika saya diminta untuk hosting web tersebut. Awalnya saya bilang tidak bisa ke client saya, karena saya sendiri belum tahu caranya. Namun client saya memaksa untuk dikerjakan oleh saya, karena dia juga tidak mau ambil pusing untuk mencari orang lain lagi untuk hosting web nya. Bermodalkan sebuah forum akhirnya saya mencari tahu bagaimana cara hosting sebuah website, dan ternyata untuk membuat sebuah website live membutuhkan cukup banyak biaya, diantaranya biaya domain dan hosting. Dulu saya ingat bahwa biaya tersebut kurang lebih menghabiskan 300 ribu. Saya sempat shock, pembuatan website ini tidak ada untungnya!
Saya lalu mencari akal dengan mencari tempat hosting gratis dan domain gratis. Entah karena memang saya kurang pandai mencari, atau memangnya tidak ada – meski teman saya bilang ada yang gratis, tapi sewaktu saya tanya dimana, ia tidak bisa menjawabnya – akhirnya saya menyerah. Saya temui client saya dan meminta sejumlah biaya untuk hosting dan domain tersebut. Beruntungnya saya, biaya tersebut tidak masalah untuk ditanggung oleh pihak client. Akhirnya saya pun mempelajari cara membeli hosting, domain, setup semuanya hingga akhirnya sebuah website go live. Pelajaran berharga ketiga saya, dan bencana ketiga saya berakhir.
Tidak lama setelah proyek tersebut live, pelunasan proyek pun dilakukan client. Waktu itu mendapatkan uang sekitar 500 ribu sebagai mahasiswa sangat menggembirakan. Sampai akhirnya saya mengetahui harga seharusnya sebuah website… 🙂
Apa saya menyesal memberikan harga sekecil itu? Jawaban saya adalah, tentu tidak! Karena saya rasa pengalaman dan pelajaran yang saya dapat waktu itu sama sekali tidak ternilai. Apa yang tidak saya dapatkan di dunia sekolah dan perkuliahan, saya dapatkan di proyek tersebut.
Dari pengalaman proyek pertama saya ini, saya akhirnya mencoba untuk memfokuskan diri dalam bidang web design, dan sering mencari template untuk saya rubah dan saya kreasikan untuk website profile saya sendiri maupun hanya sekedar iseng. Sempat terpikir untuk membuat template dan menjualnya di internet, tapi berhubung pengetahuan design saya pas-pasan, jadi saya masih bergantung pada template website.
Apa yang mau saya sampaikan dari cerita proyek pertama saya adalah, jangan meremehkan pengalaman kita. Meskipun itu baik atau buruk, saya percaya bahwa pengalaman adalah guru terbaik kita. Tanpa pengalaman, kita tidak akan pernah tahu seberapa besar kerugian kita, seberapa banyak ilmu kita saat ini, atau seberapa banyak pengetahuan baru yang didapatkan dari sebuah pengalaman. Jadi, sudah sebanyak apakah pengalaman Anda saat ini?