Point of View
POV atau Point of View merupakan hal yang paling diutamakan dalam pekerjaan di bidang manapun, terutama jasa. Ketika saya mendapatkan project untuk membangun sebuah aplikasi, saya berusaha memposisikan diri saya berada di sudut pandang konsumen. Ketika konsumen bercerita mengenai fitur, sistem informasi, dan permasalahan mereka, saya akan mendengarkan dengan seksama dan membayangkan siklus yang diceritakan oleh konsumen. Oleh sebab itu jangan heran apabila kita sebagai pendengar konsumen terkadang banyak bertanya, karena kita – terutama saya – selalu mencoba untuk memposisikan diri sebagai klien sehingga seluruh permasalahan menjadi jelas dan sesuai tujuan.
Memposisikan diri seperti itu tidaklah mudah, bahkan bisa saya bilang itu adalah bakat, untuk dipelajari saja belum tentu bisa. Sayangnya keahlian jenis ini jarang sekali ditemukan di penjual jasa. Oleh sebab itu untuk perusahaan yang besar, dipastikan membutuhkan marketing yang tidak sembarangan. Diperlukan seseorang yang memang bisa memahami kebutuhan konsumen secara keseluruhan dan terarah. Kali ini saya mau membahas tentang beberapa hal yang seringkali dilewatkan dari Point of View
- Mendengarkan dengan baik
Ketika saya dulu ikut seminar, ada satu hal menarik yang pernah dibahas oleh pembicara seminar tersebut, yaitu ‘Mendengar‘ dan ‘Mendengarkan‘ sangat memiliki arti yang berbeda dan hasil yang berbeda. Contoh yang diberikan dari kata mendengar adalah, seorang istri yang sedang bekerja di dapur, si suami pulang dari kerja dan mengeluh soal pekerjaannya, si istri hanya mengangguk dan menjawab ala kadarnya.
Berbeda makna ketika si istri mendengarkan suami, ketika suami berkeluh kesah mengenai masalahnya dan istrinya mendengarkan, si istri duduk dan menghibur si suami. Si istri akan menjadi paham permasalahan si suami dan tahu betul perasaan suaminya.
Sama halnya ketika kita berhadapan dengan klien, kita diharuskan untuk bisa mendengarkan keinginan klien sehingga kita bisa memahami permasalahan mereka dan dengan begitu kita bisa memberikan solusi yang solutif dan klien kita pun tidak akan ragu untuk menyerahkan proyek tersebut kepada kita. Apabila kita hanya mendengar klien, dan tidak memberikan solusi yang berarti, biasanya tingkat kepercayaan klien akan berkurang dan berakhir dengan kata ‘Thank you‘ saja. - Menjadi bos di perusahaan klien
Proyek tersulit saya ketika mengembangkan aplikasi adalah pembuatan sistem ‘forwarder‘ untuk transportasi laut. Saya belum pernah sama sekali tahu apa itu forwarder, cara kerjanya seperti apa, bahkan data yang akan dibutuhkan nantinya kurang lebih apa. Ketika klien saya mulai bercerita mengenai masalahnya, saya coba mendengarkan pun terkadang tidak cukup, akhirnya saya membuat keputusan kalau saya harus terjun ke lapangan untuk tahu permasalahan dan arus informasi yang harus saya rancang. Disana saya menjadi seorang ‘bos‘ di atas klien saya, dimana saya meminta untuk mereka melakukan pekerjaan mereka dan terkadang saya meminta beberapa kasus kepada mereka. Mungkin bagi sebagian orang ini terdengar tradisional dan kurang masuk akal, tapi ternyata hal ini cukup efektif, bahkan lebih efektif dibandingkan saya harus membuat sebuah flowchart, use case diagram, dan kawan-kawannya.
Jadi, menjadi bos-nya klien? Kenapa tidak, selama itu efektif. - Customer of our customer
POV kita terkadang terpaku pada mata kita sebagai konsultan/penyedia layanan atau terpaku pada klien. Terkadang kita melupakan satu POV yang memiliki dampak paling ekstrim, yaitu sebagai konsumen dari klien kita. Jujur saja, di Byxel.net saat ini permintaan pembuatan website e-commerce terus meningkat. Rata-rata dari mereka selalu berkeluh kesah mengenai sistem di mereka. Tapi terkadang klien kita melupakan banyak hal dari segi POV konsumen mereka. Konsumen mereka membutuhkan yang seperti apa, cara berbelanja untuk konsumen tersebut seperti apa, dan design yang mampu memudahkan konsumen dari klien kita itu apa.
Pernah suatu hari saya mendapatkan project e-commerce dan ketika selesai, si konsumen merasa kurang puas dengan traffic dan penjualan, saya akhirnya mencoba untuk memberikan masukan apabila saya berada di posisi konsumen dari klien saya, dan ternyata hasilnya cukup baik, traffic web tersebut meningkat dan penjualannya lebih baik dibanding sebelumnya.
Intinya, apa yang dapat membuat kita semakin dipercaya klien kita itu cukup mudah, kita berikan inputan kita apabila kita menjadi konsumen mereka. Dengan begitu klien kita yang tadinya tidak memperhatikan aspek-aspek tersebut akan merasa ‘wow‘ dengan apa yang kita sampaikan, dan tentunya diharapkan berakhir dengan kalimat ‘OK! DEAL!‘.
Mungkin 3 hal itu yang seringkali kita lewatkan ketika menghadapi klien. Apabila Anda lupa, saya mencoba mengingatkan, apabila Anda sudah pernah melakukannya, that’s a good news! See you on the next post.